MATERI KELAS 8 KD.3.1.DAN 4.1 (ASKING AND GIVING ATTENTION)


ASKING FOR ATTENTION
( MEMINTA PERHATIAN )


Asking and giving attention
Asking attention/Meminta perhatian adalah ungkapan yang digunakan untuk meminta perhatian dari seseorang. Giving attention/Memberi Perhatian adalah ungkapan yang digunakan untuk memberikan perhatian/respon

Asking for attention
1. May I have your attention
2. Can I get the attention
3. Excuse me
4. Attention please!
5. Listen to me

Giving Attention
1. Yes Sir/Ma’am
2. Ok
3. I see
4. Really
5. All right

Contoh dialog :

Mrs. Susi : Don’t be noisy.  Attention  please!
Students : Yes, Ma’am
Mrs. Susi : Okay, next week we  will do mid-examination.
Students : What !
Mrs. Susi : Listen to me!
Students : Yes, Ma’am
Mrs. Susi : The material that should be learned is from Chapter 1 until chapter 4.  Don’t forget to enrich you vocabularies with exercise!
Students : Yes Ma’am
Mrs. Susi : Okay, that’s all  for today. Good luck then!


Here the example of video, it got from youtube channel :

EXERCISE :

Make short conversation about asking and giving attention !

 

Aksi Nyata CGP ANGKATAN 2- PENI LESTARI,S.Pd. – Visi Guru Penggerak

MEWUJUDKAN VISI SEKOLAH MELALUI LITERASI

 

Peni Lestari

SMP NEGERI 4 TEMANGGUNG

CGP Angkatan 2 Kabupaten Temanggung

Fasilitator :

Ibu Istinganah, M.Pd.

 

Pengajar Praktik:

Bapak Darmadi, M.Pd.

 

Salam dan Bahagia,

Salam Guru Penggerak,

 

        I.            1. Latar Belakang

Dalam kondisi saat ini yang semakin memprihatinkan dengan merebaknya varian-varian baru dari Covid-19, pembelajaran melalui tatap muka di kelas menjadi tertunda, Pemerintah mewajibkan pembatasan bagi semua kegiatan yang menyebabkan berkumpulnya banyak orang dalam durasi yang lama. Pada masa new normal, atas ijin pemerintah daerah dan orang tua, siswa akan belajar tatap muka di sekolah. Namun kondisinya sedikit berbeda dengan kondisi sebelum pandemi covid-19. Berbagai hal harus menjadi perhatian kita sebagai guru. Sekolah dan guru harus benar-benar siap akan segala hal yang berkaitan dengan penumbuhan rasa aman dan nyaman siswa selama belajar di sekolah. Sekolah menyiapkan berbagai fasilitas penunjang sedangkan guru juga harus memikirkan berbagai cara agar siswa dapat belajar dengan baik di kelas tanpa melupakan protokol kesehatan. Sayangnya, kondisi saat ini tidak juga bersahabat bagi terlaksananya Pembelajaran Tatap Muka Terbatas. Sehingga guru harus terus mencari cara agar hak-hak siswa belajar tertunaikan dengan baik, termasuk hak belajar karakter baik, melalui pembiasaan-pembiasaan baik, meskipun harus terlaksana secara daring.

Karena itulah saya  berinisiatif untuk menggalakkan kembali kegiatan literasi yang sempat terhenti di sekolah disebabkan pandemi Covid-19 . Tentu saja dalam format yang berbeda. Jika dulu sebelum kondisi pandemi setiap hari Selasa kami mempunyai waktu membaca senyap di kelas atau di ruang terbuka selama 15 menit sebelum pembelajaran pertama, maka kali ini melalui paradigma Inqury Appreciative,lewat tahapan BAGJA di dalamnya, saya dibantu beberapa rekan sejawat,serta didukung Kepala Sekolah menyusun perubahan pada pembiasaan literasi melalui membaca buku digital, yang nantinya juga tetap dapat diaplikasikan saat siswa sudah masuk Pembelajaran Tatap Muka Terbatas.

2.       Tujuan Kegiatan

Tujuan kegiatan aksi nyata ini adalah sebagai berikut:

·         Mewujudkan pembelajaran inovatif dan menyenangkan bagi siswa

·         Meningkatkan motivasi dan minat baca siswa

 3.       Deskripsi Aksi Nyata

Salah satu visi saya dalam rancangan tindakan aksi nyata modul 1.3 adalah meningkatkan kemampuan literasi siswa baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun masyarakat. Saya berharap melalui kegiatan literasi digital ini mampu menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan minat dan motivasi baca siswa dalam situasi pandemi covid-19.

Langkah pertama yang saya lakukan yaitu meminta ijin kepada Kepala Sekolah, selanjutnya saya berkoordinasi dengan rekan-rekan sejawat mencari ide mengenai kegiatan literasi yang paling memungkinkan untuk dilaksanakan yaitu literasi digital. Selanjutnya saya menyusun rencana perubahan, memetakan kekuatan sekolah melalui alur tahapan B-A-G-J-A, yaitu alur perubahan dalam pendekatan Inqury Appreciative. Dimana pendekatan ini adalah sebuah  sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. 

            Di dalam tabel B-A-G-J-A yang tersusun adalah rencana kegiatan di awal semester Tahun Pelajaran 2021/2022. Sehingga untuk kegiatan sosialisasi kepada para guru belum dilaksanakan secara luring. Sesuai alur kegiatan dalam tabel B-A-G-J-A diatas, selanjutnya saya membuka ruang diskusi di grup whatsapp siswa, saya merencanakan pertemuan virtual untuk sosialisasi penggunaan buku digital sekaligus melaksanakan pembiasaan literasi digital tersebut. Untuk langkah awal , saya memanfaatkan laman platform digital yang digawangi Kemendikbud yaitu https://budi.kemdikbud.go.id. Di dalam laman ini user/ pengguna tidak perlu login terlebih dahulu, sehingga lebih memudahkan siswa. Setelah membagikan alamat dan kode pada ruang virtual google meet, selanjutnya pada pagi harinya di jam yang sudah kami sepakati bersama, diadakanlah kegiatan literasi digital tersebut.Saya juga merekam kegiatan tersebut untuk saya bagikan melalui drive bagi siswa yang tidak bisa mengikuti kegiatan literasi digital hari itu. Kegiatan diawali dengan senyum, sapa, salam, serta berdoa. Semua siswa maupun guru yang tidak terkendala sinyal wajib menghidupkan kamera serta mematikan microphone. Microphone wajib dihidupkan saat akan berbicara atau bertanya dengan mengeklik icon tangan terlebih dahulu. Kami juga membuat kesepakatan kelas sederhana untuk memulai kegiatan itu. Durasi kegiatan yang sedianya adalah 15 s/d 20 menit menjadi 60 menit karena didahului dengan sosialisasi penggunaan laman buku digital, seperti mencari tema buku,cara membuka dan membaca buku, serta mendownload buku untuk dibaca saat offline. Guru juga menjelaskan tujuan kegiatan ini, dan melatih ketrampilan menulis siswa dengan menuliskan identitas buku dan synopsis buku yang dibacanya. Siswa juga dilatih untuk mencari pesan moral dalam bacaan fiksi. Dalam diskusi yang berlangsung , siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan mencoba mengakses laman buku digital melalui gawainya. Kegiatan ditutup dengan doa dan salam. Siswa akan melanjutkan membaca secara mandiri melalui gawainya masing-masing. Tugas menulis identitas buku dan synopsis dikerjakan pada hari berikutnya. Sesudah siswa mengumpulkan identitas dan synopsis melalui grup whatsapp kelas, guru memberikan apresiasi berupa pujian, dan semangat bagi yang belum menyelesaikan. Angket sederhana dibagikan melalui grup whatsapp dan siswa menuliskan tanggapan sesuai yang dialami dan dirasakannya.

4.        Hasil dari Aksi Nyata

Hasil dari aksi nyata ini adalah berupa motivasi atau minat baca siswa yang lebih baik seiring dengan keingintahuan anak-anak mengenai hal-hal baru yang menarik minatnya. Siswa juga mampu menuliskan identitas dan synopsis buku yang dibacanya. Siswa juga belajar mengenai nilai-nilai moral yang tersirat dalam buku yang dibacanya.

5.        Pembelajaran yang Didapat

a)      Kegagalan

Dalam kegiatan literasi digital ini, kegagalan yang ditemui adalah tidak semua siswa dapat bergabung melalui google meet. Siswa tidak dapat bergabung karena berbagai alasan, mulai dari gadget dibawa orang tua ataupun tidak memiliki kuota internet. Kegagalan lain adalah laman platform ini membutuhkan koneksi internet yang kuat, sebab buku digital disajikan dalam bentuk flip book saat diakses secara online.

b)     Keberhasilan

Keberhasilan dalam pelaksanaan aksi nyata ini adalah meningkatnya tingkat baca siswa dilihat dari hasil angket sederhana, serta siswa merasa diberikan ruang sebesar-besarnya untuk mengekspresikan dirinya, dan membuka wawasan pengetahuan secar aluas melalui gawai kesayangannya. Keberhasilan lain adalah siswa merasa senang berdiskusi melalui google meet dan mulai berani mengungkapkan ide dan pendapatnya dalam ruang virtual yang disediakan.

6.        Rencana Perbaikan

Rencana perbaikan dari pelaksanaan aksi nyata ini adalah CGP akan merencanakan lebih matang pertemuan yang akan dilaksanakan melalui google meet. Dengan perencanaan yang matang tersebut diharapkan tidak ada lagi siswa yang tidak dapat mengikuti pertemuan virtual dengan alasan gadget dibawa oleh orang tua. Perencanaan tersebut dapat berupa menjadwalkan pertemuan di sore hari saat orang tua sudah pulang dari bekerja. Selain itu hasil diskusi virtual yang dibuat juga di share di grup WA dengan tujuan siswa yang tidak sempat mengikuti pertemuan virtual melalui google meet juga mengetahui kegiatan literasi digital yang tidak bisa diikutinya.

 

7.  Dokumentasi Kegiatan


1)    Proses diskusi perencanaan kegiatan literasi digital


2)   Kegiatan literasi digital melalui google meet

 

Aksi Nyata CGP ANGKATAN 2- PENI LESTARI,S.Pd. – BUDAYA POSITIF

KESEPAKATAN KELAS SEBAGAI SALAH SATU PERWUJUDAN BUDAYA POSITIF

DI SMP NEGERI 4 TEMANGGUNG

PENI LESTARI,S.Pd.

CGP Angkatan 2 Kabupaten Temanggung

Fasilitator :

Ibu Istinganah, M.Pd.

Pengajar Praktik:

Bapak Darmadi, M.Pd.

 

Salam dan Bahagia,

Salam Guru Penggerak,

 

1.     Latar Belakang Aksi Nyata

1.1    Penerapan Budaya Positif di Sekolah

             Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

             Pembentukan watak dan peradaban yang diinginkan tentunya membutuhkan proses pembinaan dan pembiasaan, sehingga bisa menjadi sebuah kebudayaan, sesuai pasal 4, ayat 3 UU Sisdiknas.

Untuk mengejawantahkan pembentukan watak dan peradaban ini, bisa dilakukan dengan cara menerapkan budaya positif di sekolah. Dalam penerapan budaya positif ini guru harus mampu menjadi role model dan posisi kontrolnya adalah sebagai manager yang lebih menekankan pada tumbuhnya kesadaran dari dalam diri siswa, bukan lantaran berlakunya hukuman. Di samping itu, untuk menerapkan budaya positif ini, guru tetap memperhatikan filosofis pemikiran KHD, terutama menerapkan among dan pamong, yaitu mengayomi, memfasilitasi, memotivasi dan berpihak pada anak. Selain itu, tetap memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman.

Sebagai langkah awal untuk penerapan budaya positif, bisa dimulai dengan membuat kesepakatan kelas. Dalam pelaksanaannya, kesepakatan kelas ini harus melibatkan peserta didik. Budaya positif yang tumbuh di kelas ini, hendaknya ditularkan kepada semua warga sekolah. Karenanya, seorang guru penggerak bisa berbagi praktik baik yang telah diterapkannya ini dengan rekan sejawat dalam pertemuan di sekolah, tentunya setelah terlebih dulu melakukan konsultasi dan koordinasi dengan kepala dan wakil kepala sekolah. Dengan adanya berbagi praktik baik untuk penerapan budaya positif ini, akan menciptakan sekolah yang teratur, nyaman, aman, serta terjadinya pembelajaran menyenangkan yang menekankan untuk mengeksplorasi hal-hal positif yang ada dalam diri peserta didik. Dengan demikian, visi sekolah pun akan lebih mudah untuk diwujudkan.

             Oleh karena itu, aksi nyata dalam modul 1.4 guru penggerak adalah menerapkan kesepakatan kelas dalam menumbuhkan budaya positif di sekolah.

 

          

2.      Deskripsi kegiatan

Setelah mendapatkan materi tentang penerapan budaya positif berupa langkah-langkah penerapan kesepakatan kelas dari Program Pendidikan Guru Penggerak, penerapan kesepakatan kelas saya lakukan secara berbeda.

           Adapun, karena saat ini proses pembelajaran masih dalam jaringan (daring), maka pembuatan kesepakatan kelas dilakukan dalam ruang virtual GOOGLE MEET di kelas 8D SMP Negeri 4 Temanggung .

Pada akhir semester genap tahun pelajaran 2020/2021, usai pembagian laporan hasil belajar, siswa kelas 8D diajak membuat kesepakatan kelas. Saat itu yang mengikuti proses pembentukan kesepakatan kelas sebanyak 15 siswa, 10 siswa tidak bisa mengikuti karena terkendala gawai yang mereka gunakan sedang bermasalah. Sedangkan 4 siswa tanpa keterangan.

Selanjutnya, langkah pertama untuk pembuatan kesepakatan kelas ini adalah saya membagikan link ruang meeting pada grup whatsapp kelas, selanjutnya setelah mereka satu persatu masuk ke dalam ruang google meet, dan saat semua sudah siap , saya bertanya  kepada siswa tentang bentuk kelas impian mereka. Beberapa siswa menjawab secara antusias pertanyaan yang diberikan. Jawaban yang mereka berikan antara lain, saling menghargai satu sama lain, mempunyai jiwa korsa dan nasionalisme yang tinggi,saling rukun, damai dan bertoleransi, berinteraksi dengan akrab dan sopan antar teman, serta saling berbagi dan menginspirasi. Beberapa siswa masih bingung merangkai kata, dan belum terbiasa dengan diskusi ruang virtual, sehingga sebagian merasa malu-malu.

Dari jawaban yang diberikan siswa ini, guru mencoba merangkum menjadi poin-poin yang akan diterapkan di kelas. Untuk membuat poin ini, guru menghindari kata negatif atau menghindari penggunaan kata “tidak” dan “jangan”. Lalu, siswa kembali ditanya, apakah poin-poin itu ada yang akan menambahkan atau mengubahnya, siswa kelas 8D dalam obrolan menjawab sudah cukup dan tidak perlu ada penambahan. 

Poin-poin yang sudah terangkum dan tidak ada perubahan tadi kembali ditanyakan kepada siswa apakah mereka menyetujui kesepakatan yang akan diterapkan di kelas 8D, sebanyak lebih dari 9 anak menyetujui poin-poin kesepakatan kelas yang telah mereka sebutkan sendiri.

Setelah semua proses ini, guru kemudian membuat poster kesepakatan kelas 8D yang berisi poin-poin: saling menghargai satu sama lain, mempunyai jiwa korsa dan nasionalisme yang tinggi,saling rukun, damai dan bertoleransi, berinteraksi dengan akrab dan sopan antar teman, serta saling berbagi dan menginspirasi.. Lalu, poster yang telah selesai dibuat ini, kembali dibagikan ke grup kelas dan meminta siswa menandatanganinya dalam bentuk memberikan jempol dari poster yang sudah dibagikan.

 Untuk penerapan langsung kesepakatan ini, memang belum bisa dipantau tingkat efektivitasnya. Hal ini disebabkan, ini masih berada di awal semester ganjil, tetapi masih dalam waktu Liburan, dan belum masuk proses pembelajaran. Selain itu, karena bentuknya daring, aplikasi langsung di kelas masih terkendala. Diharapkan, kesepakatan kelas ini akan optimal digunakan ketika sudah mulai pembelajaran di semester ganjil. Dengan kesepakatan kelas ini, budaya positif di kelas 8D khususnya dan di SMP Negeri 4 Temanggung pada umumnya diharapkan dapat membentuk karakter siswa.

Budaya positif yang tumbuh di kelas ini, hendaknya ditularkan kepada semua warga sekolah. Oleh karena itu, dilakukan kegiatan berbagi praktik baik dengan rekan sejawat dalam pertemuan di sekolah. Sebelum pelaksanaan, dilakukan konsultasi dan koordinasi dengan kepala dan wakil kepala sekolah. Setelah mendapatkan pesertujuan dari kepala sekolah, pelaksanaan  praktik baik ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 Juni 2021 di salah satu Ruang Kelas SMP Negeri 4 Temanggung.

Dalam kegiatan ini dibagikan seputar pengalaman membuat kesepakatan kelas meskipun saat ini masih pembelajaran secara daring baik melalui grup whatsapp kelas, mapel maupun google classroom dan google meet. Diharapkan dengan adanya kesepakatan ini, dapat mempermudah sekaligus melancarkan proses pembelajaran di kelas, terutama terkait kedisiplinan dan toleransi antar siswa.

3.     Hasil Aksi Nyata yang Dilakukan

Siswa-siswa di kelas 8D telah mampu menyusun kesepakatan kelas dari usulan setiap anak yang ada di kelasnya. Untuk kesesuaian pilihan kata guru membantu menyempurnakannya. Karena poin-poin kesepakatan yang membuat adalah siswa maka kemungkinan pelanggaran yang dibuat menjadi kecil. Baik siswa dan guru berharap kelas impian akan terwujud.

4.     Pembelajaran yang Didapatkan dari Pelaksanaan

                Adanya pandemi Covid-19 memang tidak bisa dipungkiri turut berdampak dalam proses pelaksanaan dan penerapan kesepakatan kelas sebagai bagian dari budaya positif di sekolah. Ketika proses pembelajaran daring seperti yang dijalani saat ini, ada beberapa poin kesepakatan kelas tidak begitu efektif diterapkan, terutama terkait dengan interaksi langsung.

                Demikian juga untuk penanganan siswa yang melakukan pelanggaran kesepakatan kelas selama pembelajaran daring. Masih banyak aspek yang menjadi pertimbangan guru dalam penerapannya, termasuk latar belakang ekonomi anak, kekuatan signal, kuota, dan sebagainya. Diharapkan kendala ini bisa diminimalisir ketika penerapan kesepakatan kelas ini dilakukan secara tatap muka.

5.     Rencana Perbaikan di Masa Mendatang

                Agar penerapan dan pelaksanaan kesepakatan kelas sebagai bagian dari penerapan budaya positif di sekolah bisa dijalankan dengan efektif adalah salah satunya keterlibatan secara utuh dari semua siswa yang diampu agar kesadaran untuk berbuat lebih baik datang dari dalam diri siswa, bukan karena terpaksa. Diharapkan hal ini bisa dilakukan ketika berlangsungnya proses pembelajaran secara tatap muka. Meskipun demikian, ketika berlangsungnya pembelajaran secara daring seperti saat ini setidaknya upaya menghadirkan kesadaran dari dalam diri peserta didik melalui penerapan kesepakatan kelas tetap harus dijalankan.

                Sementara itu, pelaksanaan  praktik baik dalam bentuk kesepakatan kelas ada baiknya dibagikan dengan para rekan sejawat . Dan sebaiknya dengan memilih waktu yang lebih baik dan membuat jadwal yang lebih rinci. Dengan demikian, penjelasan tentang praktik baik penerapan kesepakatan kelas ini mampu dipahami dan diterima oleh rekan sejawat yang lain.


DOKUMENTASI PELAKSANAAN DISKUSI KESEPAKATAN KELAS 8D











Gb.1 Mendapatkan rekomendasi Kepala Sekolah









Gb.3 Membuka diskusi , menanyakan kondisi siswa, menjelaskan tentang definisi kesepakatan kelas, tujuan, dan manfaatnya.





















Gb.4 Guru memandu siswa berdiskusi menyampaikan pendapat berupa poin kesepakatan kelas,

 







Gb.5 Guru membantu siswa menyusun kesepakatan kelas dalam bentuk poster







Gb.6 poin kesepakatan final, guru menanyakan kepada siswa apakah semua siswa setuju dengan

kesepakatan yang telah dibuat siswa sendiri



Gb.7 Poin kesepakatan kelas final

 

 

 


 




Gb.8 Guru menutup pertemuan dengan doa dan salam










Gb. 9 membagikan poster kesepakatan kelas ke grup WA kelas


 

 






Gb.10 respon siswa dan persetujuan semua siswa dalam 1 kelas

 Demikian laporan Aksi Nyata ini dibuat, saran dan kritik yang bersifat membangun sangatlah kami harapkan. Semoga bermanfaat. Terimakasih.